Profil Desa Singosari

Ketahui informasi secara rinci Desa Singosari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Singosari

Tentang Kami

Jelajahi profil Desa Singosari, Ambal, Kebumen. Kenali potensi agraris berbasis pertanian organik, letak strategis di pesisir selatan, serta data wilayah, penduduk, dan ekonomi terbarunya. Desa dengan semangat kemandirian dan pembangunan berkelanjutan.

  • Lokasi Strategis

    Berada di kawasan pesisir selatan Kebumen, memberikan akses dan potensi pengembangan yang terhubung dengan jalur lintas selatan.

  • Lumbung Pertanian Organik

    Pusat pengembangan pertanian padi organik di Kecamatan Ambal sebagai solusi atas kelangkaan pupuk dan untuk meningkatkan hasil panen.

  • Semangat Kemandirian Komunitas

    Memiliki masyarakat dan pemerintah desa yang proaktif dalam mengatasi tantangan, terutama dalam sektor pertanian dan ekonomi melalui inovasi lokal.

Pasang Disini

Desa Singosari, yang bernaung di bawah administrasi Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, merupakan sebuah wilayah yang menggantungkan denyut nadinya pada sektor agraris. Berlokasi strategis di koridor selatan Kebumen, desa ini tidak hanya dikenal sebagai lumbung padi, tetapi juga sebagai pionir dalam pengembangan pertanian organik. Dengan topografi dataran rendah yang subur, Singosari menjadi kanvas bagi geliat pertanian yang terus beradaptasi dengan tantangan zaman, menjadikannya sebuah contoh nyata dari sinergi antara tradisi agraris dan inovasi untuk kesejahteraan masyarakat.

Letak Geografis dan Demografi Wilayah

Secara geografis, Desa Singosari terletak di bagian selatan Kabupaten Kebumen, yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, memberikan karakteristik iklim pesisir yang khas. Meskipun tidak secara langsung berada di tepi pantai, lokasinya yang dekat dengan pesisir memengaruhi corak sosial dan ekonomi masyarakatnya.

Berdasarkan data terakhir dari pemerintah desa dan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), luas wilayah Desa Singosari mencapai sekitar 159 hektar atau 1,59 kilometer persegi. Sebagian besar dari wilayah ini merupakan lahan sawah produktif, diikuti oleh pekarangan dan permukiman penduduk.

Adapun batas-batas administratif Desa Singosari yaitu:

  • Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kradenan

  • Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kaibonpetangkuran

  • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ambalresmi

  • Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kaibon

Data kependudukan menunjukkan Desa Singosari memiliki jumlah penduduk sekitar 2.455 jiwa. Dari total populasi tersebut, komposisinya relatif seimbang antara penduduk laki-laki dan perempuan. Dengan luas wilayah 1,59 km², maka kepadatan penduduk di Desa Singosari berada di angka sekitar 1.544 jiwa per kilometer persegi, menunjukkan tingkat kepadatan yang cukup tinggi untuk ukuran sebuah desa, yang menandakan pemanfaatan lahan untuk permukiman yang intensif di luar area persawahan.

Sejarah dan Tata Pemerintahan Desa

Menurut catatan sejarah lokal yang diwariskan secara turun-temurun, nama "Singosari" memiliki filosofi yang mendalam. Wilayah ini dulunya dikenal sebagai hutan belantara dengan sebutan Malangjati. Kedatangan seorang tokoh kharismatik yang dihormati, Mbah Kyai, menjadi titik awal perubahan. Beliau memberikan nama "Singosari," yang berasal dari dua kata: Singo (Singa) yang melambangkan kekuatan atau raja dan Sari yang berarti makmur atau inti. Dengan demikian, nama Singosari membawa harapan agar wilayah ini menjadi kawasan yang kuat, makmur, dan sejahtera bagi penduduknya.

Struktur pemerintahan Desa Singosari berjalan sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Roda pemerintahan dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang dipilih secara demokratis oleh masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Desa dibantu oleh jajaran perangkat desa, yang mencakup sekretaris desa, kepala urusan (kaur), dan kepala seksi (kasi), serta kepala dusun yang menjadi perpanjangan tangan pemerintah di tingkat kewilayahan terkecil.

Selain lembaga eksekutif desa, terdapat pula Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang menjalankan fungsi legislasi, pengawasan, dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Sinergi antara Pemerintah Desa dan BPD menjadi kunci dalam merumuskan kebijakan strategis, seperti Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), yang menjadi acuan pembangunan tahunan di Desa Singosari. Partisipasi masyarakat juga diwadahi melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) dan organisasi lainnya seperti Karang Taruna dan PKK, yang aktif berkontribusi dalam berbagai program pembangunan dan sosial kemasyarakatan.

Potensi Ekonomi dan Sektor Unggulan

Tulang punggung ekonomi Desa Singosari ialah sektor pertanian, khususnya budidaya tanaman padi. Lahan persawahan yang luas dan didukung oleh sistem irigasi yang memadai menjadikan desa ini salah satu pemasok beras penting di Kecamatan Ambal. Namun keunggulan utama Singosari terletak pada inovasi pertaniannya. Sejak beberapa tahun terakhir, petani di desa ini, didukung oleh pemerintah desa, secara aktif mengembangkan pertanian organik.

Langkah ini diawali sebagai respons terhadap kelangkaan pupuk kimia bersubsidi yang kerap menjadi kendala saat musim tanam tiba. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Desa Singosari, Widodo, dalam sebuah wawancara dengan media lokal Kebumen Ekspres pada Juli 2023, pemerintah desa berinisiatif memberikan pelatihan pembuatan pupuk organik mandiri sejak tahun 2017. Para petani diajarkan untuk meracik pupuk dari bahan-bahan alami yang mudah ditemukan di sekitar, seperti kotoran ternak, susu murni, gula jawa, dan telur yang difermentasi. Hasilnya terbukti positif, di mana penggunaan pupuk organik tidak hanya mengatasi masalah kelangkaan pupuk tetapi juga berhasil meningkatkan hasil panen secara signifikan. Keberhasilan ini ditandai dengan acara panen raya padi organik yang menjadi bukti nyata kesuksesan program kemandirian ini.

Selain padi, masyarakat juga menanam tanaman palawija seperti jagung, kedelai, dan sayur-mayur di lahan pekarangan atau sebagai tanaman sela. Sektor peternakan juga menjadi bagian tak terpisahkan dari ekonomi agraris di sini. Hampir setiap rumah tangga petani memelihara ternak seperti sapi, kambing, dan unggas. Peternakan ini bukan hanya sumber pendapatan tambahan, tetapi juga menjadi komponen penting dalam sistem pertanian terpadu, di mana kotoran ternak diolah menjadi pupuk organik untuk menyuburkan lahan pertanian.

Di luar sektor agraris, mulai tumbuh pula Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang digerakkan oleh ibu-ibu rumah tangga dan pemuda. Beberapa usaha yang berkembang antara lain produksi makanan ringan dan jasa perdagangan skala kecil melalui warung-warung kelontong yang menyediakan kebutuhan harian masyarakat.

Infrastruktur, Sosial, dan Budaya

Pembangunan infrastruktur di Desa Singosari terus mengalami kemajuan. Akses jalan utama desa dan jalan-jalan lingkungan sebagian besar sudah dalam kondisi baik dengan perkerasan aspal dan beton, mempermudah mobilitas penduduk dan pengangkutan hasil panen. Seluruh wilayah desa telah teraliri listrik dari PLN, dan jaringan telekomunikasi seluler sudah menjangkau dengan baik, meskipun penetrasi internet kabel masih dalam tahap pengembangan.

Di bidang pendidikan, Desa Singosari memiliki fasilitas pendidikan dasar yang memadai, yaitu Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Keberadaan fasilitas ini memastikan anak-anak usia sekolah mendapatkan akses pendidikan yang layak tanpa harus menempuh jarak yang jauh. Untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi, seperti SMP/MTs dan SMA/SMK, para siswa melanjutkan ke sekolah-sekolah yang berada di pusat Kecamatan Ambal atau wilayah lain di sekitarnya.

Fasilitas kesehatan dasar tersedia melalui Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang aktif setiap bulannya memberikan layanan kesehatan ibu dan anak, serta pemantauan gizi balita. Untuk penanganan medis lebih lanjut, masyarakat mengakses Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang berlokasi di pusat kecamatan.

Kehidupan sosial masyarakat Desa Singosari sangat kental dengan nilai-nilai kebersamaan dan religiusitas. Mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, dengan kegiatan keagamaan seperti pengajian, tahlilan, dan perayaan hari besar Islam menjadi perekat sosial yang kuat. Tradisi gotong royong masih terpelihara dengan baik, terutama dalam kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan atau membantu warga yang memiliki hajatan. Salah satu adat istiadat yang masih rutin dilaksanakan yakni Memetri Bumi atau sedekah bumi, sebuah upacara tahunan sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah dan doa untuk keselamatan seluruh warga desa.

Tantangan dan Arah Pengembangan ke Depan

Sebagai desa agraris, Desa Singosari menghadapi tantangan yang relevan dengan sektor ini. Perubahan iklim yang tidak menentu, seperti musim kemarau panjang atau curah hujan ekstrem, menjadi ancaman serius bagi stabilitas hasil panen. Fluktuasi harga gabah di pasaran juga seringkali tidak berpihak kepada petani, sehingga memengaruhi tingkat pendapatan mereka. Selain itu, regenerasi petani menjadi isu penting, di mana generasi muda cenderung lebih tertarik untuk bekerja di sektor non-pertanian atau merantau ke kota besar.

Meskipun demikian, Desa Singosari memiliki prospek pengembangan yang cerah. Keberhasilan dalam mengembangkan pertanian organik merupakan modal besar untuk menjadikan Singosari sebagai desa agrowisata tematik. Konsep ini dapat mengintegrasikan pertanian, edukasi, dan pariwisata, di mana pengunjung dapat belajar langsung tentang proses tanam padi organik, pembuatan pupuk, hingga menikmati kuliner khas pedesaan.

Pemerintah Desa, dengan dukungan dana desa dan program dari pemerintah kabupaten, diharapkan dapat terus mendorong diversifikasi usaha. Pengembangan produk olahan hasil pertanian, seperti beras organik kemasan premium atau makanan ringan berbahan dasar hasil panen lokal, dapat memberikan nilai tambah yang signifikan. Peningkatan kapasitas UMKM melalui pelatihan manajemen keuangan dan pemasaran digital juga menjadi langkah strategis untuk memperluas jangkauan pasar produk-produk Desa Singosari.

Pada akhirnya, Desa Singosari merupakan potret sebuah komunitas yang tangguh dan adaptif. Dengan fondasi agraris yang kuat, semangat inovasi dalam pertanian organik, serta modal sosial yang erat, desa ini memiliki semua elemen yang diperlukan untuk terus bergerak maju menuju kemandirian dan kesejahteraan yang berkelanjutan.